Kisah Nabi Daud AS
Sesudah Nabi Harun dan Nabi Musa wafat, kaum Bani Israil dipimpin oleh Yusya' bin Nun. Kepemimpinan Yusya' bin Nun itu mereka dapat menguasai tanah Palestina dan bertempat tinggal di Istana.
Namun setelah Yusya' bin Nun meninggal, mereka terpecah belah. Isi kitab Taurat berani mereka ubah dan ditambah-tambah. Mereka suka bersilang pendapat dan akhirnya hilanglah kekuatan persatuan mereka. Tanah Palestina diserbu dan dikuasai bangsa lain.
Bani Israil menjadi bangsa jajahan yang tertindas. Mereka merindukan datangnya seorang pemimpin yang tegas dan gagah berani untuk berperang melawan penjajah.
Pada suatu hari, mereka pergi menemui Nabi Samuel untuk meminta petunjuk.
"Wahai Samuel," kata mereka. "Angkatlah salah seorang di antara kami sebagai raja yang akan memimpin kita berperang melawan penjajah."
"Aku khawatir bila sudah mendapat pemimpin yang dipilih Allah, kalian justru tidak mau berangkat berperang." kata Nabi Samuel.
"Kita sudah lama menjadi bangsa yang tertindas," kata mereka. "Kita tidak mau menderita lebih lama lagi. Kita harus menegakkan agama Allah."
Karena didesak oleh kaumnya, Nabi Samuel kemudian berdo'a kepada Allah. Do'anya dikabulkan dan Thalut diangkat sebagai Raja yang memimpin mereka.
Begitu nama Thalut diucapkan oleh Nabi Samuel, mereka justru menolak, karena nama Thalut tidak begitu dikenal. Ia hanyalah seorang petani biasa. Malah bisa digolongkan orang miskin.
Nabi Samuel kemudian menjelaskan bahwa walau pun Thalut itu hanya petani biasa namun ia pandai dalam strategi perang, tubuhnya kekar dan kuat. Pandai ilmu tatanegara. Dan akhirnya mereka mau menerima Thalut sebagai Raja mereka.
Jalut dan Daud
Thalut mengajak orang-orang yang tak punya ikatan rumah tangga dan perdagangan ke medan perang. Dengan memilih orang-orang terbaiknya itu, ia berharap mereka dapat memusatkan diri pada pertenpuran dan tidak menghiraukan lagi urusan rumah tangga atau perdagangan.
Salah seorang anak muda yang ikut dalam barisan Thalut, adalah Daud. Ia diperintah ayahnya untuk menyertai kedua kakaknya yang maju ke medan perang. Daud tidak diperkenankan maju ke garis depan, ia hanya disuruh melayani kedua kakaknya. Tempatnya di garis belakang. Jika kakaknya lapar atau haus dialah yang melayani dan menyiapkannya.
Tentara Thalut sebenarnya tidak seberapa banyak. Jauh lebih besar dan lebih banyak tentara Jalut, sang penindas. Jalut sendiri adalah seorang panglima perang yang bertubuh besar seperti seorang raksasa. Setiap orang yang berhadapan dengannya selalu binasa.
Tentara Thalut gemetar saat melihat keperkasaan musuh-musuhnya itu. Karena melihat tentaranya ketakutan, Thalut berdo'a kepada Allah: "Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir."
Maka dengan kekuatan do'a itu mereka menyerbu tentara Jalut. Mereka bertempur dengan gagah berani, tentara Jalut tak mengira lawan yang berjumlah sedikit itu mempunyai keberanian bagaikan singa. Akhirnya tentara jalut berhasil diporak-porandakan dan lari cerai berai.
Tinggal Jalut sang panglima dan beberapa pengawalnya yang masih tersisa. Thalut dan pengikutnya tak berani berhadapan dengan raksasa tersebut. Lalu diumumkannya oleh Thalut bahwa barang siapa yang dapat membunuh Jalut maka ia akan diambil sebagai menantu.
Tak disangka dan diduga Daud yang masih berusia muda tampil ke depan dan meminta izin kepada Thalut untuk menghadapi Jalut. Mula-mula Thalut ragu, mampukah Daud yang masih muda itu mengalahkan Jalut. Namun setelah didesak oleh Daud, ia mengizinkan anak muda itu maju ke medan perang.
Dari kejauhan Thalut melihat sepak terjang Daud yang menantang Jalut. Jalut memang sombong, ia telah berteriak berkali-kali menantang orang-orang Isail untuk berperang dengannya. Ia juga mengejek bangsa Israil sebagai bangsa pengecut dan hinaan-hinaan lainnya yang menyakitkan hati.
Tiba-tiba Daud muncul di hadapan Jalut. Jalut tertawa terbahak-baak melihat anak muda itu menantangnya duel. Daud tidak membawa senjata tajam. Senjatanya hanyalah ketapel.
Berkali-kali Jalut melayangkan pedangnya untuk membunuh Daud. Namun Daud dapat mengindar dengan gesitnya. Pada suatu kesempatan Daud berhasil melayangkan peluru batu ketapelnya tepat diantara kedua mata Jalut. Jalut berteriak keras, roboh dengan dahi pecah kemudian mati. Dengan demikian, menanglah pasukan Thalut melawan Jalut. Daud diangkat sebagai meantu Raja Thalut. Dan dijodohkan dengan anak Thalut yang bernama Mikyal.
Daud Menjadi Raja
Disamping menjadi menantu Raja, Dud juga diangkat sebagai penasihatnya. Ia dihormati semua orang. Bahkan rakyatnya seolah lebih menghormati Daud daripada Thalut. Hal ini membuat Thalut iri hati. Ia berusaha mencelakakan Daud ke medan perang yang sulit. Daud ditugaskan membasmi musuh yang jauh lebih kuat dan besar jumlahnya. Namun Daud justru memenangkan pertempuran itu dan kembali ke istan dengan disambut luapan kegembiraan rakyatnya.
Thalut semakin merasa iri dan sakit hati atas kepopuleran Daud di mata rakyatnya. Ia terus mencoba membunuh dan menyingkirkan Daud dengan berbagai macam cara namun selalu menemui kegagalan. Karena Daud dilindungi oleh Allah.
Akhirnya, terjadilah perang terbuka. Dalam peperangan itu, Thalut tewas. Setelah Thalut mati dan putra mahkotanya juga mati dalam pertempuran melawan orang-orang yang berpihak kepada Daud, maka Daud diangkat sebagai Raja
Comments
Post a Comment