Kisah Nabi Nuh AS




     Nabi Nuh adalah Nabi Keempat sesudah Nabi Adam. Ia keturunan kesembilan dari Nabi Adam AS. Ia adalah putra Lamik bin Matu Shaleh (Nabi Idris). Nabi Nuh berjuang dari usia 40 tahun hingga usia 950 tahun namun hanya sedikit sekali kaumnya yang mau beriman.

     Ajakan Nabi Nuh Kepada Kaumnya

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dalam masa kekosongan antara 2 rasul. Dalam kekosongan itu biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama Allah. Mereka kembali menjadi musyrik, meninggalkan kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.
     Nabi Nuh diutus ke tengah-tengah masyarakat yang sedang menyembah berhala. Berhala itu sebenarnya adalah patung-patung buatan mereka sendiri. Menurut mereka berhala itu mempunyai kekuatan gaib di atas manusia. Dan mereka menamakannya sesuai dengan selera mereka sendiri. Kadang-kadang mereka namakan Wadd dan Suwa, kadang Yaguts, dan kadang Ya'uq dan Nasr.
     Nabi Nuh adalah orang cerdas dan sabar. Ia mengajak kaumnya melihat alam semesta ciptaan Allah. Langit dengan bulan, bintang dan mataharinya. Bumi dengan kekayaannya yang ada di atas dan di bawahnya, berupa hewan, tumbuhan, dan air  yang mengalir. Pergantian siang dan malam. Semua itu menjadi bukti dan tanda kekuasaan dan keesaan Allah.
     Nabi Nuh juga memberikan kabar akan adanya ganjaran berupa surga dan kenikmatannya bagi mereka yang beramal shaleh, dan balasan siksa neraka bagi mereka yang membangkang atas perintah Allah, yaitu mereka yang mungkar dan bergelimang dalam dosa dan kemaksiatan.
Dakwah Nabi Nuh melakukannya dengan giat siang dan malam. Baik secara sembunyi-sembunyi, maupun terang-terangan. Beliau termasuk orang yang cerdas, fasih berbicara, tajam pemikirannya, pandai berdiskusi, bersifat sabar dan tenang. Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul ketika berusia 450 tahun dan wafat pada usia 950 tahun. Dengan demikian, Nabi Nauh berdakwah kepada umatnya selma 5 abad atau 500 tahun. Meski demikian, pengikut Nabi Nuh yang beriman hanya sedikit yaitu kurang dari seratus orang.
Umat Nabi Nuh banyak yang ingkar. Jika Nabi Nuh mengajak beribadah kepada Allah dan menegakkan Tauhid, umatnya selalu menentang dan mengejeknya.
Para pengikut  Nabi Nuh kebanyakan hanya para fakir miskin, atau golongan ekonomi lemah. Para bangsawan, orang-orang kaya dan terpandang di masyarakat malah memusuhinya.
Pada suatu ketika orang-orang kafir hendak menipu Nabi Nuh. Mereka mengatakan bersedia mengikuti Nabi Nuh asalkan Nabi Nuh mau mengusir para pengikutnya yang terdiri dari orang-orang miskin. Namun, Nabi Nuh dengan tegas menolak permintaan orang-orang kaya itu.
Kecerdasan dan kefasihan Nabi Nuh mengalahkan segala hujah orang-orang kafir, membuat jengkel orang-orang kafir itu dan menantang Nabi Nuh.
Mereka berkata:
"Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah membantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar."
Nabi Nuh menjawab:
"Hanya Allah yang akan mendatangkan adzab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri. Tidaklah bermanfaat nasihatku kepadamu jika Allah ternyata hendak menyedatkanmu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
Demikian keterlaluanya kaum Nabi Nuh itu mengingkari ajaran Tuhan. Mereka bahkan mengejek dan menghina Nabi Nuh sebagai orang bodoh dan gila.
Namun Nabi Nuh sebagai utusan Allah tetap melaksanakan tugasnya. Dan orang-orang kafir makin keras menentangnya. Mereka bahkan mengancam Nabi Nuh.
"Sungguh jika kamu tidak mau berhenti berdakwah, maka kami akan merajammu beramai-ramai" kata mereka.

Nabi Nuh Berputus Asa dari Kaumnya

Setelah dakwah yang disampaikan menemui jalan buntu,  dan pengikutnya tidak bertambah maka Nabi Nuh mengadukan kaumnya itu kepada Tuhan.
Berdo'a Nabi Nuh: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas permukaan bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan, selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.
Allah mengabulkan do'a Nabi Nuh. Allah memberi petunjuk agar Nabi Nuh membuat kapal yang sangat besar. Dengan perahu itu Nabi Nuh dan kaumnya yang beriman akan selamat. Sedang kaumnya yang ingkar akan ditenggalamkan dengan banjir yang sangat besar, sehingga tak seorang pun dari mereka ada yang selamat. Semua akan binasa.
Selagi Nabi Nuh dan pengikutnya membuat kapal di atas bukit, kaumnya yang ingkar mengolok-olok dan mengejeknya.
"Lihat! Nuh semakin gila saja, masak kemarau panas begini membuat perahu. Di atas  bukit lagi. Sungguh dia sudah miring otaknya."
Di antara mereka bahkan ada yang berani buang kotoran di dalam kapal yang belum selesai dibuat itu. Tentu hal itu mereka lakukan saat Nabi Nuh dan pengikutnya sedang tidak ada di tempat pembuatan kapal. Namun akibatnya perut mereka yang buang kotoran itu menjadi sakit. Tak seorangpun bisa menyembuhkannya. Dengan merengek-rengek mereka minta Nabi Nuh untuk mengobatinya. Nabi Nuh hanya menyuruh mereka membersihkan kapal yang mereka kotori. Sesudah itu mereka pun sembuh dari sakit perutnya.

Banjir Besar Memusnahkan Orang-orang Kafir

Sesuai dengan wahyu Allah, Nabi Nuh mengajak kaumnya memasuki kapal yang telah selesai dibuat. Nabi Nuh juga membawa berbagai pasang binatang dalam kapalnya itu.
Tidak berapa lama sesudah Nabi Nuh dan pengikutnya  yang beriman memasuki kapal maka langit yang tadinya cerah berubah menjadi hitam. Mendung tampak tebal sekali diiringi angin kencang yang mulai berhembusan. Bersamaan dengan turunnya hujan lebat, air dari dalam bumi memancar pula ke permukaan.
Hujan turun dengan lebatnya. Belum pernah ada hujan turun selebat itu. Bagaikan dicurahkan dari atas langit. Rumah-rumah mulai terendam air, angin kencang dan menambah kepanikan semua orang.
Dari kejauhan Nabi Nuh melihat salah seorang putranya yaitu Kan'an yang sedang berlari menuju puncak gunung. Nabi Nuh memanggil anaknya itu.
"Hai anakku, kemarilah. Naiklah ke kapalku maka kau akan selamat!"
"Tidak! Aku akan berlari ke atas bukit sana, aku pasti akan selamat!"
"Anakku, pada hari ini tidak seorangpun yang dapat melarikan diri dari azab Allah!"
Tapi Kan'an dengan sombongnya terus berlari. Ia tak menghiraukan panggilan ayahnya. Ia mengira banjir itu hanya bencana alam biasa yang segera reda, maka dia terus berlari menuju puncak gunung. Memang Kan'an tidak mau mengikuti ajaran Nabi Nuh. Ia lebih suka hidup bersama orang-orang kafir, karena itu ia tak mau menumpang kapal Nabi Nuh.
Nabi Nuh merasa sedih. Bagaimanapun Kan'an adalah putranya sendiri. Maka ia berdo'a kepada Allah agar Kan'an diselamatkan. Namun Allah menolak permintaan Nabi Nuh. Sebab Kan'an itu walupun putra Nabi Nuh sendiri, ia anak yng durhaka dan tidak mau beriman.
Berdasarkan suatu riwayat kapal yang membawa Nabi Nuh dan para pengikutnya itu berlayar selama 40 hari, sesudah itu banjir mereda dan Nabi Nuh diperintahkan turun dari kapalnya.
Dengan demikian, binasalah orang-orang kafir yang menentang Nabi Nuh. Hanya para pengikut Nabi Nuh yang hidup dan menempati bumi sebagai penghuninya.

Comments

Popular Posts