Misteri Batu Hajar Aswad

     Hajar Aswad memang merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari Ka'bah. Ia menjadi tanda awal dan akhir dari ritual Thawaf. Ia juga merupakan salah satu situs suci Islam yang paling bisa dilihat, disentuh, serta dicium.

     Bahkan sebelum berdirinya peradaban Islam, Hajar Aswad telah menjadi pilar suci bagi masyarakat Arab saat itu, lalu bagaimanakah asal-usul Batu Hajar Aswad tersebut? Benarkah dahulu kala Batu Hajar Aswad berwarna putih? Karena jika benar, lalu mengapa kini Batu Hajar Aswad berubah menjadi berwarna hitam pekat? Berikut penjelasannya.

     Kisah ini berawal ketika Nabi Ibrahim AS diperintahkan Allah untuk membangun kembali Ka'bah. Ia pun memenuhi perintah itu dibantu oleh putranya, Nabi Ismail AS. Saat hampir selesai mengerjakannya, Nabi Ibrahim AS merasa ada yang kurang pada Ka'bah.
     Kemudian ia memerintahkan putranya :
     "Anakku, pergilah engkau mencari sebuah batu lagi, yang akan aku letakkan di Ka'bah sebagai penanda bagi manusia."
     Nabi Ismail AS pun mematuhi perintah ayahnya. Ia pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, Malaikat Jibril datang pada Nabi Ismail AS dan memberinya sebuah batu yang cantik. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawanya untuk diberikan kepada ayahnya. Nabi Ibrahim pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.
     Kemudian Nabi Ibrahim AS bertanya kepada putranya :
     "Dari mana kamu memperoleh batu ini anakku?"
Nabi Ismail AS menjawab :
     "Ayahku, batu ini aku dapatkan dari yang tidak memberikan cucuku dan cucumu."

     Nabi Ibrahim AS mencium batu itu lagi dan diikuti oleh Nabi Ismail AS. Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu.

     Umar bin Khattab pernah menyampaikan bahwa Rasulullah SAW sendiri pernah menciumnya. Saat Umar bin Khattab berada di hadapan Hajar Aswad dan menciumnya, ia berkata :
     "Demi Allah, bahwa engkau hanyalah sebongkah batu, seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu." HR. Muslim 228

     Perlu diketahui, bahwa Hajar Aswad adalah batu yang diturunkan dari surga, awalnya batu itu berwarna putih seperti salju. Namun karena dosa manusia dan kelakuan orang-orang musyrik di muka bumi ini, batu tersebut akhirnya berubah menjadi hitam.

Rasulullah SAW bersabda :
     "Hajar Aswad turun dari surga. Batu tersebut begitu putih, lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam." (HR. Tirmidzi No. 877)

Perjalanan Sejarah Hajar Aswad
     Hajar Aswad dahulu berbentuk satu bongkahan, namun dalam perjalanan sejarahnya batu ini telah mengalami banyak peristiwa. Batu ini juga pernah hilang dan pecah. Kementrian Urusan Keislaman Wakaf, Dakwah, dan Penyuluhan Kerajaan Arab Saudi dalam situsnya memberikan detail sejarah peletakkan kembali Hajar Aswad ini sebagai berikut.

Hajar Aswad Pernah Dipendam di Sumur Zamzam
     Hajar Aswad pernah dipendam di sumur Zamzam. Ketika Bani Bakar bin Abdi Manaf bin Kinanah bin Ghaisyan bin Khaza'ah mengusir keturunan Jurhum dari Mekkah, Amr bin Harits bin Madhadh Al Jurhumi keluar membawa dua patung emas kepala rusa dan Hajar Aswad dan dipendam di sumur Zamzam lalu mereka berangkat menuju Yaman.

     Namun, pemendaman Hajar Aswad di dalam sumur Ka'bah tidak bertahan lama karena seorang wanita dari Khaza`ah memberitahukan kepada kaumnya bahwa dia melihat orang Jurhum memendam Hajar Aswad di sumur Zamzam. Kemudian mereka meletakkan Hajar Aswad kembali ke tempatnya. Hal ini terjadi sebelum pembangunan oleh Qushay bin Kilab.

Hajar Aswad Pernah Dicuri
     Setelah Mekkah dikuasai oleh suku Qaramitah di bawah pimpinan Abu Tahir Al Qarmuthi, mereka membantai 1700 orang di Masjidil Haram, sebagian bergelantungan di Ka'bah, kemudian mereka memenuhi sumur Zamzam dengan mayat-mayat. Mereka merampas harta orang-orang dan perhiasan Ka'bah, merobek-robek kiswah penutup Ka'bah dan membagikannya kepada kawan-kawannya, merampok benda-benda berharga dalam Ka'bah, melepas pintu Ka'bah dan memerintahkan pula untuk mengambil talang emasnya.

     Pada tanggal 7 Zulhijah tahun 317 H. Abu Tahir Al Qarmuthi menduduki kota Mekah dan mencopot Hajar Aswad dari tempatnya secara paksa. Abu Tahir memerintahkan Jakfar bin Ilaj untuk mencopot Hajar Aswad dan membawanya pada tanggal 7 Zulhijah 317 H. Setelah dia melakukan kebiadaban dengan membunuh orang-orang yang sedang tawaf, iktikaf, dan salat. Mereka membawa Hajar Aswad ke negerinya. Setelah itu tempat Hajar Aswad kosong. Orang-orang yang tawaf hanya meletakkan tangannya di tempatnya saja untuk mendapatkan berkahnya. Akhirnya Hajar Aswad dikembalikan ke tempatnya pada hari Selasa, tanggal 10 Zulhijah tahun 339 H. Setelah 22 tahun Ka'bah kosong dari Hajar Aswad.

     Dikisahkan oleh sebagian orang bahwa pada saat itu penjarahan Hajar Aswad oleh orang-orang Qaramitah itu terpaksa mengangkut Hajar Aswad di atas beberapa Unta. Punuk-punuk Unta sampai terluka dan mengeluarkan nanah. Tetapi ajaibnya saat Hajar Aswad dikembalikan, hanya membutuhkan 1 tunggangan saja tanpa terjadi hal-hal aneh dalam perjalanan.

Hajar Aswad Pernah Dipukul Menggunakan Cangkul
     Pada tahun 363 H. datang seorang laki-laki dari Romawi. Saat ia mendekati Hajar Aswad, ia mengambil cangkul dan memukulkannya dengan kuat ke pojok tempat Hajar Aswad hingga berbekas. Ketika ia akan mengulangi perbuatannya, seorang Yaman datang dan menikamnya sampai roboh.

Hajar Aswad Pernah Dipukul Hingga Pecah
     Pada tahun 413 H. Bani Fatimiyah mengirim sebagian pengikutnya dari Mesir di bawah pimpinan Hakim Al Abidi, di antaranya ada seorang laki-laki yang berkulit merah dan berambut pirang serta berbadan tinggi besar, sebelah tangannya menghunus pedang sedang yang sebelah memegang pahat, lalu dipukulkannya ke Hajar Aswad sebanyak tiga kali hingga pecah dan berjatuhan, sambil berkata:
     "Sampai kapan Batu hitam ini disembah, sekarang tidak ada Muhammad atau Ali yang dapat melarangku dari perbuatanku, kini aku ingin menghancurkan Ka'bah."
     Kemudian pasukan berkumpul untuk membunuh dia dan para pembantunya.
    
     Pada tanggal 28 Rabiul Akhir tahun 1351 H. datang Raja Abdul Aziz bin Abdur Rahman Al Faisal As Saud ke Masjidil Haram dalam rangka perekatan pecahan Hajar Aswad akibat perbuatan tentara terkutuk tadi. Perekatan tersebut dilakukan setelah diadakan penelitian oleh para ahli untuk menentukan bahan khusus yang digunakan untuk merekat batu pecahan Hajar Aswad yaitu berupa bahan kimia yang dicampur dengan minyak misik dan ambar.
     Nah, dengan kita mengetahui sejarah-sejarah Hajar Aswad ini, seharusnya kita sadar bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna. Maka sepatutnya kita harus bertawakal dan merendah diri kepada Allah. Janganlah sampai kita termasuk golongan dari orang-orang yang zina. Dan kita juga harus percaya akan kekuasaan Allah setelah adanya tanda-tanda yang Allah berikan tersebut.
     Semoga ulasan kali ini bisa memberikan tauladan dan manfaat bagi para pembaca. Amin Ya Rabbal Alamiin...

Comments

Popular Posts